Tampilkan postingan dengan label Langkah Penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Langkah Penelitian. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Oktober 2016

Interpretasi Hasil Analisis

Hasil analisis boleh dikata masih faktual, dan ini harus diberi arti oleh peneliti. Hasil itu biasa dibandingkan dengan hipotesis penelitian, didiskusikan atau dibahas, dan akhirnya diberi kesimpulannya. Seperti telah pernah disebutkan, peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya tahan uji, yaitu terbukti kebenarannya. Jika yang terjadi memang demikian, bahasan itu mungkin dapat tidak terlalu menonjol peranannya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji yaitu ditolak, maka peranan bahasan itu lalu menjadi sangat penting karena peneilit harus dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Peneliti wajib mengeksplorasi segala sumber yang mungkin menjadi sebab tidak terbuktinya hipotesis penelitiannya itu. Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu dapat dicari antara lain dari jal-hal berikut ini.

a.       Landasan Teori
Mungkin landasan teoriu yang digunakan telah kadaluarsa, kurang valid atau kurang tepat. Hal yang demikian ini dapat terjadi kalau peneliti salah pilih tentang sumber bacaan yang ditelaahnya atau terlalu sedikit membaca, sehingga dia tidak mendapatkan informasi mengenai perkembangan mutakhir dalam bidangnya atau tidak mempunyai landasan teoretis yang cukup kuat untuk merumuskan hipotesisnya.
b.      Sampel
Tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu mungkin terjadi karena sampel yang digunakan tidak representative, baik karena sampel itu terlalu kecil ataupun karena sampel tersebut tidak diambl secara rambang. Jika sampel terlalu kecil, mungkin suatu hipotesis alternative tidak terbukti walaupun dalam populasi hipotesis tersebut adalah benar. Jika sampel diambil tidak secara rambang, mungkin sampel itu tidak representative jadi berbeda dari populasinya karena itu hipotesis penelitian tidak terbukti kebenarannya, walaupun dalam populasi hal tersebut adalah benar. Hal yang demikian itu terjadi karena model analisis yang digunakan berdasarkan pada distribusi probabilitas sampel rambang.
c.       Alat pengambil data
Tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu mungkin juga bersumber pada alat pengambil data aatau instrument. Jika alat pengambil data tidak reliabel dan tidak valid maka hal yang benar dapat menjadi palsu dan yang palsu dapat terlihat benar. Dengan demikian, hal yang dipotesiskan yang benar tidak terbukti kebenarannya.
d.      Rancangan penelitian
Tidak terbuktinya kebenaran hipotesis penelitian mungkin pula disebabkan karena rancangan penelitian yang digunakan kurang tepat. Rancangan penelitian adalah semacam strategi untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Jika yang digunakan bukan rancangan yang seharusnya, kemungkinan besar hipotesisnya tidak terbukti kebenarannya walaupun sebenarnya adalah benar.
e.      Perhitungan-perhitungan
Perhitungan-perhitungan yang salah akan memberikan kesimpulan yang salah. Kesalahan perhitungan ini dapat menjadi sumber tidak terbuktinya hipotesis. Karena itu peneliti setiap kali harus memastikan bahwa perhitungan-perhitungan yang dilakukannya adalah benar.
f.        Variabel-variabel luaran
Pengaruh variabel-variabel luaran (extraneous variables) terhadap data yang diperoleh mungkin demikian besar, sehingga data tersebut bukanlah data yang dimaksudkan. Jika hal yang demikian itu terjadi, dapat berakibat hipotesis penelitian tidak terbukti kebenarannya.
Oleh karena itu peneliti harus mengenal benar-benar berbagai variabel luaran itu dan mengontrolnya sebaik-baiknya.
Dalam hubungan dengan tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut ini. Jika sutau hipotesis tidak terbukti kebenarannya, itu tidak berarti bahwa penelitiannya gagal sama sekali. Sesuatu penelitian sering menguji hipotesis, dan tidak terbuktinya satu atau dua hipotesis memang tidak jarang terjadi. Walaupun penelitian hanya menguji satu hipotesis dan kemudian ternyata tidak terbukti kebenarannya itupun tidak berarti bahwa penelitian itu gagal sama sekali. Yang penting adalah peneliti memberikan keterangan dan alasan yang jelas dan kuat mengenai tidak terbuktinya hipotesis itu. Keenam sumber yang telah disebutkan di muka itu dapat dieksplorasi untuk menjelaskan hal tidak terbuktinya hipotesis itu. Hal yang demikian itu memang tidak mudah dilakukan. Karena itu apa yang sebaiknya dilakukan oleh peneliti adalah memperkecil kemungkinan terjadinya hipotesis tidak terbukti kebenarannya itu dengan persiapan yang cermat dan menyeluruh sejak langkah-langkah awal penelitian.
g.       Penyusunan Laporan
Langkah terakhir dalam seluruh proses penelitian adalah ppenyusunan laporan. Laporan ini merupakan langkah yang sangat penting kareana dengan laporan itu syarat keterbukaan ilmu pengetahuan dan penelitian dapat dipenuhi. Melalui laporan itu ilmuwan lain dapat memahami, menilai, kalau perlu menguji kembali hasil-hasil penelitian itu dan dengan demikian pemecahan masalahnya mengalami pemantapan dan kemajuan.
Kecendekiaan seorang penliti akan tercermin dalam laporan penelitian yang disusunnya. Karena itu selayaknyalah peneliti menggarap laporan itu dengan cermat. Laporan harus disusun dan ditulis menurut tatatulis penulisan ilmiah yang lazim. Dewasa ini ada banyak tatatulis penulisan ilmiah yang telah diusulkan orang atau profesi, yang masing-masing dapat dianggap merupakan suatu sistem yang mempunyai pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasan tertentu. Sistem mana yang digunakan tidak merupakan soal, yang penting ialah sekali sesuatu sistem dipilih hendaknya diikuti secara baik, sehingga terdapat konsistensi dalam laporan itu.

Suatu hal yang juga sangat penting dalam laporan penelitian adalah format atau sistematiknya. Pada waktu ini umumnya orang menggunakan format yang disesuaikan dengan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. Secara garis besar, sistematik laporan itu dapat berupa sebagai berikut ini.
 Bagian Awal, yang berisi:
  1. Halaman judul;
  2. Halaman pendahuluan;
  3. Halaman daftar isi;
  4. Halaman  daftar tabel (jika ada);
  5. Halaman daftar gambar (jika ada);
  6. Halaman daftar lampiran (jika ada).
Bagian Inti, yang berisi:
  1. Latar belakang masalah;
  2. Tujuan penelitian;
  3. Penelaahan kepustakaan, termasuk perumusan hipotesis (jika tidak disajikan tersendiri);
  4. Hipotesis (jika belum dicakup pada pasal sebelumnya);
  5. Metodologi;
  6. Hasil;
  7. Interpretasi/Diskusi, kesimpulan dan saran-saran.
Bagian Akhir, yang berisi:
  1. Daftar pustaka;
  2. Lampiran-lampiran (jika ada).
Seperti kecakapan dan keterampilan dalam langkah-langkah penelitian yang lain, kemahiran menulis dengan menggunakan tatatulis penulisan ilmiah inipun berkembang memlaui latihan.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Data yang terkumpul lalu diolah. Pertama-tama data itu diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendahg reliabilitas dan validitasnya, data yang kurang lengkap digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi. Selanjutnya data yang telah lulus dalam seleksi itu lalu diatur dalam tabel, matriks, dan lain-lain agar memudahkan pengolahan selanjutnya. Kalau mungkin pada penyusunan tabel yang pertama itu dibuat tabel induk (master table). Jika tabel induk itu dapat dibuat, maka langkah-langkah selanjutnya akan lebih mudah dikerjakan karena perhitungan-perhitungan dan analisis dapat dilakukan berdasarkan tabel induk itu.

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakannya, apakah analisis statistik ataukah analisis non statistik. Pemilihan ini tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Analisis statistik sesuai dengan data kuantitatif atau data yang dikuantifikasikan, yaitu data dalam bentuk bilanngan, sedang analisis non statistic sesuai untuk data deskriptif atau data textular. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan keran itu analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis).
Untuk analisis statistic, model analisis yang digunakan harus sesuai dengan rancangan penelitiannya. Dan hal ini seperti telah disebutkan,ditentukan oleh hipotesis yang akan diuji dan tujuan penelitian. Jenis-jenis data yang dianalisis juga ikut menentukan model analisis mana yang tepat untuk digunakan. Untuk mendapatkan gambaran garis besar mengenai berbagai jenis data dan metode analisis yang sesuai data-data tersebut, dapat diperiksa ikhtiar yang disajikan pada Lampiran A.
Mengenai analisis statistic itu lebih lanjut perlu dikemukakan, bahwa masing-masing model atau metode mendasarkan diri kepada asumsi-asumsi tertentu. Agar model atau metode itu berlaku maka perlulah asumsi-asumsi yang mendasarinya dipenuhi.
Hasil analisis statistic akan berwujud angka-angka. Demikian pula hasil uji statistic. Berdasarkan atas angka-angka itulah perlu dibuat keputusan mengenai hasil analisis atau hasil uji itu. Aturan keputusan yang digunakan dapat konvensional, yaitu menyatakan hasil uji hipotesis itu signifikan atau tidak signifikan dalam taraf signifikansi 1 persen, atau 5 persen, dapat pula tidak konvensional yaitu menggunakan batas taraf signifikansi yang mengembang, tidak terikat kepada konvensi 1 persen dan 5 persen itu.

Dari uji statistic yang telah dilakukan akan diperoleh hasil uji dalamdua kemungkinan, seperti disebutkan di bawah ini.
  1. Hubungan antara variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampel-sampel yang diteliti sangat signifikan (1%) atau signifikan (5%) atau signifikan pada taraf signifikansi sekian persen.
  2. Hubungan antara variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampel-sampel yang diteliti tidak signifikan.

Dalam kemungkinan hasil yang pertama, besar kemungkinannya bahwa hipotesis alternatifnya diterima dan hipotesis nol ditolak. Menerima hipotesis alternative berarti menyatakan bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau adanya perbedaan diterima sebagai hal yang benar, karena telah terbukti demikian. Sebaliknya, dalam kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti kebenarannya, karena itu hipotesis nolnya yang diterima.
Dengan telah diambilnya keputusan mengenai penerimaan hipotesis itu analisis statistic telah selesai, tetapi pekerjaan penelitian masih belum berakhir karena keputusan tersebut masih harus diberi interpretasi.

Jumat, 07 Oktober 2016

Pengumpulan Data Penelitian

Seperti telah disebutkan, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliable dan valid, maka datanya juga akan cukup reliable dan valid. Namun masih ada satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan, yaitu kualifikasi si pengambil data. Beberapa alat pengambil data mensyaratkan kualifikasi tertentu pada pihak pengambil data. Misalnya beberapa test psikologis tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Beberapa alat laboratorium juga menuntut dasar pendidikan dan pengalaman tertentu untuk dapat mempergunakannya secara benar. Persyaratan ini harus dipenuhi oleh peneliti, jika tidak, mungkin reliabilitas dan validitas data yang terkumpul akan terganggu.

Di samping hal tersebut di atas, prosedur yang dituntut oleh setiap metode pengambilan data yang digunakan harus dipenuhi secara tertib. Pada umumnya setiap alat atau metode pengambilan data mempunyai panduan pelaksanaan. Panduan ini harus sejak awal dipahami oleh peneliti, dan dalam hal peneliti menggunakan jasa oarng lain untuk mengumpulkan data, si peneliti harus mempunyai cara untuk memperoleh keyakinan bahwa pengambilan data itu telah dilaksanakan menurut prosedur yang seharusnya.
Apa yang telah dibicarakan di atas itu ialah seluk beluk pengambilan data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. Di samping data primer terdapat data sekunder, yang seringkali juga diperlukan oleh peneliti. Data sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, data mengenai persediaan pangan di suatu derah dan sebagainya.

Mengenai data sekunder ini, peneliti tidak banyak dapat berbuat untuk menjamin mutunya. Dalam banyak hal peneliti akan harus menerima menurut apa adanya. 

Kamis, 06 Oktober 2016

Cara Menentukan Sampel Penelitian

Karena berbagai alasan, tidak semua halyang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadapsebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandugn risiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besarlah kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian itulah maka teknik penentuan sampel itu menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representative, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi computer telah memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara rambang itu. Di dalam penentuan sampel secara rambang semua anggota populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara rambang ini yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah dengan menggunakan tabel bilangan rambang atau kalkulator yang mempunyai program untuk bilangan rambang. Jika besarnya populasi terbatas, peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara individual. Tetapi kalau populasi itu sangat besar, sebaiknya peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan rambang individual.
Walaupun teknik pengambilan sampel secara rambang itu merupakan teknik yang terbaik, namun tidak selalu dapat dilaksanakan, karena berbagai alasan. Kadang-kadang orang terpaksa puas dengan sampel rumpun (cluster sample), karena rumpun-rumpun yang merupakan kelompokan individu-individu itu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid-murid sekolah biasanya tidak dapat menggunakan teknik pengambilan sampel secara rambang, melainkan harus secara rumpun. Yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secara individual, melainkan sekolah (jadi murid secara kelompok).
Seringkali terjadi pula sampel diambil bdari rumpun-rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Teknik yang demikian itu disebut penentuan sampel secara bertingkat (stratified sampling). Kalau dari kelompok-kelompok yang tersedia itu diambil sampel-sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara rambang, maka teknik itu disebutpengambilan sampel secara rambang proporsional (proportional random sampling).
Seperti telah disebutkan tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling representative. Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan melainkan hanya dapat didekati secaea metodologis melalui parameter-parameter yang diketahui dan diakui baik secara teoretis maupun secara ekspreimental. Ada empat parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness sesuatu sampel yaitu (a) validitas populasi, (b) besar sampel, (c) teknik penentuan sampel dan (d) kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas populasi. Dari keempat parameter tersebut di atas itu variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus mereima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikian halnya; peneliti dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf representativeness sampel.
Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representativeness sampelnya. Ketentuan ini berlaku selama populaswinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna, besar sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil saja.
Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggilah tingkat representative sampelnya. Ketentuan ini juga hanya berlaku selama populasinya tidak homogen secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna rambang sama sekali tidak diperlukan.
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Makin lengkap ciri-ciri populasi yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkat representatifnya sampel.
Dengan mempertimbangkan parameter-parameter tersebut di atas itu, penelitian diharapkan dapat menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin dicapai. Kecakapan untuk ini seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain dalam penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman.

Walaupun berbagai teknik pengambilan sampel telah dikembangkan dan parameter-parameter untuk perkiraantelah diidentifikasikan, namun hampir tidak pernah peneliti dapat menentukan sampel yang mencerminkan populasi secara sempurna. Hal yang demikian itu terjadi terutama dalam lapangan ilmu-ilmu social dan kemanusiaan. Karena itu kekeliruan yang timbul karean penggunaan sampel (sampling error) hampir selalu ada. Keadaan yang demikian itu lalu menimbulkan kebutuhan untuk dapat memperhitungkan atau setidak-tidaknya memperkirakan, besar kecilnya kekeliruan itu. Dalam analisis kekeliruan dalam generalisasi dari sampel ke populasi itu disebut kekeliruan baku atau galat baku (standart error). Dasar teoretis yang digunakan untuk memperkirakan kekeliruan baku itu adalah teori probabilitas. Sampel-sampel tunduk kepada hokum probabilitas, demikian pula harga-harga yang diperoleh dari sampel. Interpretasi kekeliruan baku itu adalah sama dengan interpretasi harga-harga lain yang menggunakan tabel probabilitas.

Rabu, 05 Oktober 2016

Penyusunan Rancangan Penelitian

Seperti halnya dengan alat pengambil data, rancangan penelitian juga didiktekan oleh variabel-variabel penelitian yang telah diidemtifikasi serta oleh hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam menentukan rancangan penelitian yang mana yang akan digunakan, perlu sekali selalu diingat bahwa seluruh komponen penelitian itu harus terjalin secara serasi dan tertib. Kemampuan untuk memilih rancangan penelitian ini juga berkembang karena latihan dan pengalaman. membaca, berpartisipasi dalam seminar mengenai usulan penelitian atau laporan penelitian, melakukan simulasi, akan merupakan cara-cara yang sangat membantu mengembangkan kemampuan menentukan rancangan penelitian itu.

Pada umumnya, rancangan penelitian itu sekaligus juga merupakan rancangan analisis data. Di samping itu, penentuan sampel juga sudah diberi arah oleh rancangan penelitian.

Jumat, 30 September 2016

Pemilihan dan Pengembangan Alat Pengambil Data

Dalam sesuatu penelitian, alat pengambil data (instrument) menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan kualitas penelitiannya. Karena itu alat pengambil data itu harus mendapatkan penggarapan yang cermat. Beberapa contoh mengenai penelitian yang kurang memadai mutunya karena alat pengambil datanya kurang memadai disajikan di bawah ini.
  1. Penelitian tentang status mental para tunawisma dengan menggunakan angket untuk menetapkan taraf IQ.
  2. Penelitian mengenai taraf kesabaran orang dengan mempergunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
  3. Penelitian mengenai sikap petani terhadap program kerja bakti dengan wawancara yang dilakukakn oleh Lurah dan pembantu-pembantunya.

Contoh-contoh di atas dapat benar-benar terjadi dalam praktek, dan kiranya mudah dimengerti kalau orang meragukan mutu hasil penelitian-penelitian tersebut.
Agar data penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi, maka alat pengambil datanya harus memenuhi syarat-syarat sebagai alat pengukur yang baik. Syarat-syarat itu ialah (a) reliabilitas atau keterandalan, dan (b) validitas atau kesalihan. Di samping kedua syarat tersebut suatu alat pengukur akan memberikan data yang lebih baik kualitasnya kalau memenuhi syarat keterbakuan. Kedua syarat yang pertama itu harus terpenuhi sampai pada taraf yang memadai, sedangkan syarat yang ketiga dapat tidak dipenuhi. Reliabilitas sesuatu alat pengukur menunjukkan keajegan hasil pengukuran sekiranya alat pengukur yang sama itu digunakan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam waktu yang bersamaan atau dalam waktu yang berlainan. Reliabilitas ini secara implisit juga mengandung objektivitas, karena hasil pengukuran tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya. Validitas atau kesalihan menunjuk kepada sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur.
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkannya, seorang peneliti harus terlebih dahulu memperoleh keyakinan bahwa alat pengambil datanya (alat pengukurnya) mempunyai reliabilitas dan validitas yang memadai. Untuk memperoleh keyakinan ini dia harus menguji alat pengambil data tersebut. Tentang bagaimana caranya menguji reliabilitas dan validitas alat pengambil data itu dapat diketemukan dalam hampir setiap buku yang mempersoalkan pengukuran.
Jika sekiranya penliti tinggal memakai sesuatu alat pengambil data yang sudah diakui reliabilitas dan validitasnya cukup memadai, masih juga merupakan keharusan baginya untuk melaporkan atau memberikan informasi mengenai taraf reliabilitas dan validitas itu berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu atau berdasarkan konvensi-konvensi tertentu.
Pemilihan Alat Pengambil Data
Keputusan mengenai alat pengambil data mana yang akan digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau diambil datanya. Dengan kata lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari segi taraf reliabilitas dan validitas. Pertimbangan-pertimbangan lain biasanya dari sudut praktis, misalnya besar kecilnya biaya, macam kualifikasi orang yang harus menggunakannya, mudah sukarnya menggunakan alat tersebut dan sebagainya.
Pengembangan Alat Pengambil Data
Dalam penelitian-penelitian di lingkungan Ilmu Pengetahuan alam, seringkali alat pengambil data itu telah tersedia. Tetapi tidak demikian halnya penelitian-penelitian dalam lingkungan Ilmu Penegtahuan Sosial. Para peneliti dalam Ilmu-ilmu Sosial acapkali, bahkan hampir selalu harus mengembangkan sendiri atau setidak-tidaknya mengadaptasikan alat pengambil data yang akan digunakannya.

Jika peneliti mengembangkan sendiri atau mengadaptasikan alat pengambilan datanya, dia harus melakukan penelitian uji coba, untuk memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data yang dikembangkan atau diadaptasikannya itu, sebelum benar-benar digunakan pada penelitian yang sebenarnya. Sampai dewasa ini telah dikembangkan cara-cara yang diakui sebagai cara baku untuk pengembangan alat pengambil data atau alat pengukur itu. Cara-cara yang demikian itu akan dapat diketemukan dalam buku-buku teks mengenai pengukuran.

Kamis, 29 September 2016

Perumusan Hipotesis Dalam Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian yang disajikan dalam bab ini hipotesis itu merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelaahaan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggu tingkat kebenarannya.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.
Secara implisit, hipotesis itu juga menyatakan prediksi. Misalnya hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan sistematis antara nilai ujian masuk dan prestasi belajar mengandung prediksi bahwa mehasiswa-mahasiswa yang mempunyai nilai ujian masuk tinggi juga akan mempunyai indeks prestasi belajar tinggi, hipotesis yang menyatakan bahwa metode diskusi lebih baik daripada metode ceramah secara implisit mengandung prediksi bahwa kelas-kelas yang diajar terutama dengan metode diskusi akan lebih baik hasil belajarnya daripada kelas-kelas yang diajar terutama dengan metode ceramah, dan sebagainya.
Taraf ketepatan prediksi itu akan sangat tergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoretis yang mendasarinya. Dasar teori yang kurang sehat (sound) akan melahirkanhipotesis yang prediksinya kurang tepat, dan sebaliknya. Dari uraian ini ternyata pula betapa perlunya penelaahan kepustakaan itu dilakukan secara bersungguh-sungguh, agar dapat ditegakkan landasan teori yang diperlukan.
Bagaimana cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan mainnya. Namun dapat diketemukan saran-saran sebagai berikut:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih;
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan;
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat;
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji artinya hendaklah orang meungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
Secara garis besar, hipotesis-hipotesis yang isi dan rumusannya bermacam-macam itu dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mendasari berbagai penelitian korelasional. Hipotesis tentang perbedaan yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Perbedaan itu seringkali karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain. Hipotesis tentang perbedaan itu mendasari berbegai penelitian komparatif.
Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah hipotesis nol atau HO . Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antar dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Di dalam analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu. Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis alternatif yang biasa dilambangkan dengan HA menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistic berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Seringkali timbul pertanyaan mengenai mana diantara kedua macam hipotesis itu yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Jawaban terhadapa pertanyaan ini akan bergantung kepada landasan teoretis yang digunakan. Jika landasan teoretis itu mengarahkan penyimpulannya ke “tidak ada hubungan” atau ke “tidak ada perbedaan”, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan hipotesis nol. Sebaliknya, jika tinjauan teoretis mengarahkan penyimpulannya ke “ada hubungan” atau ke “ada perbedaan” maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan hipotesis alternatif.
Pada dasarnya kedua jenis perumusan itu dapat dilakukan. Namun dalam kenyataanyya kebanyakan penelitian ilmiah merumuskan hipotesis penelitiannya dalam bentuk hipotesis alternatif. Hal yang demikian itu terjadi terutama dalam penelitian eksperimental; dalam penelitian eksperimental itu peneliti bermaksud mengetahui perbedaan gejala pada kelompok yang satu dan pada kelompok yang lain sebagai akibat adanya perbedaan perlakuan. Dalam penelitian bukan eksperimental pun lebih banyak diketemukan hipotesis alternatif daripada hipotesis nol yang dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan adanya saling hubungan atau adanya perbedaan, dan bukan sebaliknya.
Suatu hal yang sering dipersoalkan dalam hubungan dengan hipotesis ini ialah “Apakah detiap penelitian harus menggunakan hipotesis?” Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat “ya” dan dapat pula “tidak”. Jika penelitian itu adalah penelitian ilmiah seperti yang modelnya disajikan disini jawabannya “ya”. Dalam penelitian ilmiah komponen-komponen utama yang menuntun langkah-langkah yang dilakukan adalah: Masalah-Hipotesis-Data-Hasil-Analisis-Kesimpulan. Komponen-komponen itu dijalin secara serasi oleh teori tertentu, dan penelitiannya dituntun secara tertib oleh metodologi tertentu.
Ada penelitian-penelitian yang komponennya tidak seperti yang tersebut itu, dan karenanya mungkin dilakukan tanpa hipotesis. Penelitian deskriptif misalnya tidak bertujuan menguji sesuatu hipotesis, melainkan bertujuan membuat deskripsi mengenai hal yang diteliti. Penelitian eksploratif biasanya bersifat deskriptif. Pada umumnya penelitian eksploratif itu bertujuan untuk mendapatkan data dasar, yang diperlukan sebagai pangkalan untuk penelitian lebih lanjut ataupun sebagai dasar untuk membuat sesuatu keputusan. Dalam kedudukannya sebagai pendahulu bagi suatu penelitian yang sebenarnya, penelitian eksploratif memberi arah kepada perumusan masalah dan hipotesis, walupun penelitian eksploratif itu sendiri berjalan tanpa hipotesis.