Karena
berbagai alasan, tidak semua halyang ingin dijelaskan atau diramalkan atau
dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu
hanya dilakukan terhadapsebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau
diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap
populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan
dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke
populasi ini mengandugn risiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau
ketidaktepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan
populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besarlah kemungkinan
kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian itulah maka teknik
penentuan sampel itu menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian.
Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-cara untuk
memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat
dicapai kalau diperoleh sampel yang representative, yaitu sampel yang
benar-benar mencerminkan populasinya.
Di
antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah
penentuan sampel secara rambang (random
sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang
mendasarinya, tetapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi
computer telah memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi untuk membuktikan
keunggulan teknik pengambilan sampel secara rambang itu. Di dalam penentuan
sampel secara rambang semua anggota populasi, secara individual atau secara
kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk
mengambil sampel secara rambang ini yang paling praktis (dan dianggap paling
valid juga) ialah dengan menggunakan tabel bilangan rambang atau kalkulator
yang mempunyai program untuk bilangan rambang. Jika besarnya populasi terbatas,
peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara
individual. Tetapi kalau populasi itu sangat besar, sebaiknya peluang rambang
dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau
perlu dilanjutkan dengan rambang individual.
Walaupun
teknik pengambilan sampel secara rambang itu merupakan teknik yang terbaik,
namun tidak selalu dapat dilaksanakan, karena berbagai alasan. Kadang-kadang
orang terpaksa puas dengan sampel rumpun (cluster
sample), karena rumpun-rumpun yang merupakan kelompokan individu-individu
itu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi. Penelitian mengenai
murid-murid sekolah biasanya tidak dapat menggunakan teknik pengambilan sampel
secara rambang, melainkan harus secara rumpun. Yang mendapat peluang sama untuk
menjadi sampel bukan murid secara individual, melainkan sekolah (jadi murid
secara kelompok).
Seringkali terjadi pula sampel diambil
bdari rumpun-rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Teknik yang demikian
itu disebut penentuan sampel secara bertingkat (stratified sampling). Kalau dari kelompok-kelompok yang tersedia
itu diambil sampel-sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan
pengambilannya secara rambang, maka teknik itu disebutpengambilan sampel secara
rambang proporsional (proportional random
sampling).
Seperti telah disebutkan tujuan
berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang paling
mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling
representative. Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan
melainkan hanya dapat didekati secaea metodologis melalui parameter-parameter
yang diketahui dan diakui baik secara teoretis maupun secara ekspreimental. Ada
empat parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness sesuatu sampel yaitu (a) validitas populasi, (b)
besar sampel, (c) teknik penentuan sampel dan (d) kecermatan memasukkan
ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas populasi. Dari
keempat parameter tersebut di atas itu variabilitas populasi merupakan hal yang
sudah “given”, artinya peneliti harus mereima sebagaimana adanya, dan tidak
dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak
demikian halnya; peneliti dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk
meningkatkan taraf representativeness sampel.
Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan
makin tinggi taraf representativeness sampelnya.
Ketentuan ini berlaku selama populaswinya tidak homogeny secara sempurna. Jika
populasinya homogeny secara sempurna, besar sampel tidak mempengaruhi taraf
representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil
saja.
Teknik penentuan sampel. Makin tinggi
tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggilah tingkat
representative sampelnya. Ketentuan ini juga hanya berlaku selama populasinya
tidak homogen secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna
rambang sama sekali tidak diperlukan.
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Makin
lengkap ciri-ciri populasi yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi
tingkat representatifnya sampel.
Dengan mempertimbangkan
parameter-parameter tersebut di atas itu, penelitian diharapkan dapat
menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin
dicapai. Kecakapan untuk ini seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain
dalam penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman.
Walaupun
berbagai teknik pengambilan sampel telah dikembangkan dan parameter-parameter
untuk perkiraantelah diidentifikasikan, namun hampir tidak pernah peneliti
dapat menentukan sampel yang mencerminkan populasi secara sempurna. Hal yang
demikian itu terjadi terutama dalam lapangan ilmu-ilmu social dan kemanusiaan.
Karena itu kekeliruan yang timbul karean penggunaan sampel (sampling error) hampir selalu ada. Keadaan yang demikian itu lalu
menimbulkan kebutuhan untuk dapat memperhitungkan atau setidak-tidaknya
memperkirakan, besar kecilnya kekeliruan itu. Dalam analisis kekeliruan dalam
generalisasi dari sampel ke populasi itu disebut kekeliruan baku atau galat
baku (standart error). Dasar teoretis
yang digunakan untuk memperkirakan kekeliruan baku itu adalah teori
probabilitas. Sampel-sampel tunduk kepada hokum probabilitas, demikian pula
harga-harga yang diperoleh dari sampel. Interpretasi kekeliruan baku itu adalah
sama dengan interpretasi harga-harga lain yang menggunakan tabel probabilitas.
Cara Menentukan Sampel Penelitian
4/
5
Oleh
Admin