Rabu, 12 Oktober 2016

Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen pengambil data itu berlangsung dalam langkah-langkah yang kurang lebih sudah baku yaitu (1) pengembangan spresifikasi instrumen, (2) penulisan butir-butir pertanyaan atau pernyataan, (3) telaah dan revisi butir-butir pertanyaan atau pernyataan, (4) perakitan butir-butir pertanyaan atau pernyataan ke dalam instrumen,  (5) uij coba instrumen, (6) analisis hasil uji coba, (7) penentuan perangkat akhir instrumen, (8) pengujian reliabilitas dan (9) pengujian validitas.
1.       Pengembangan Spesifikikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen adalah rancangan pokok (grand design) instrumen. Segala kegiatan dalam pengembangan instrumen dilakukan berdasar atas spesifikasi itu. Karena itu spesifikasi ini harus digarap secara hati-hati. Spesifikasi itu harus memuat secara lengkap semua hal yang harus dilakukan, dan masing-masing harus disajikan secara spesifik. Hal-hal yang perlu dimuat dalam spesifikasi itu adalah (a) wilayah yang direkam, (b) dasar konseptual atau dasar teoretis yang akan dipakai sebagai landasan, (c) subjek yang akan diambil datanya, (d) tujuan pengambilan data, (e) materi instrumen, (f) tipe butir pertanyaan atau pernyataan, (g) jumlah butir pertanyaan atau pernyataan, (h) kriteria seleksi butir pertanyaan atau perrnyataan yang dianggap baik.
2.       Penulisan Butir-butir Pertanyaan atau Pernyataan
Kemampuan untuk menulis pertanyaan atau pernyataan adalah perpaduan atara kiat dan hasil latihan. Banyak buku-buku yang menyajikan cara-cara untuk menulis butir pertanyaanatau pernyataan. Kaidah-kaidahnya dapat ditemukan dalam buku-buku tersebut yang antara lain juga terdapat pada Daftar Pustaka buku ini. Di antara instrumen pengumpul data untuk atribut kognitif yang paling popular dan karenanya juga paling banyak dipakai adalah tes pilihan ganda dengan lima kemungkinan jawaban. Untuk atribut non kognitif, instrumen yang paling populer dan relatif paling banyak digunakan adalah skala model Likert. Kedua model instrumen itu akan menghasilkan data interval yaitu data yang paling diminati oleh para peneliti karena data interval memungkinkan penggunaan Statistika Parametrik.
3.       Telaah dan Revisi Butir-butir Pertanyaan atau Pernyataan
Butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu harus ditelaah secara cermat apakah sudah sesuai dengan yang dirancangkan, dan apakah perlu direvisi. Rujukan pokok dalam telaah ini adalah spesifikasi instrumen. Telaah dan revisi butir-butir pertanyaan atau penyataan ini sebaiknya dilakukan oleh suatu team, akan lebih bagus kalau diselenggarakan dalam semacam seminar, agar butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu dapat dicermati dari berbagai aspeknya. Aspek-aspek utama yang perrlu dicermati adalah (a) kesesuaian dengan spesifikiasi, (b) kesesuaian dengan landasan teoretis, (c) kesesuaian dengan format dilihat dari sudut ilmu pengukuran, (d) ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan response.
Guna memudahkan pekerjaan para penelaah, sebaiknya dibuatkan semacam daftar cek. Untuk instrumen pengambil data kogintif, misalnya daftar cek itu adalah sebagai berikut.
Pastikan bahwa:
1.       Kunci jawaban jelas-jelas benar,
2.       Setiap alternative lainnya jelas salah,
3.       Pertanyaan sesuai dengan indikatornya,
4.       Pertanyaan memiliki tingkat kesulitan yang sesuai,
5.       Konsep atau proses yang direkam jelas,
6.       Istilah dan situasi dalam pertanyaan terdefinisi dengan jelas,
7.       Para respponden mampu memahami apa yang diharapkan mereka lakukan,
8.       Pertanyaan ditulis dalam bahasa dan ejaan yang benar,
9.       Struktur tata bahasa untuk semua alternative jawaban konsisten dan sesuai,
10.   Tidak ada pentujuk tentang jawaban yang benar.

4.       Perakitan Butir-butir Pertanyaan atau pernyataan ke dalam Perangkat Instrumen
Butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu harus dirakit menjadi satu instrumen yang siap untuk diujicobakan. Hal penting yang harus selalu diingat adalah bahwa response terhadap sesuatu petanyaan tidak boleh mempengaruhi response terhadap pertanyaan lain, karena secara teori masing-masing pertanyaan itu bebas satu sama lain. Dalam perakitan ini sekaligus dirumuskan petunjuk bagaiman caranya eresponse kepada pertanyaan-pertanyaan itu. Instrumen yagn telah dirakit itu kemudian dicetak dan siap untuk duji cobakan.
5.       Uji coba Instrumen
Uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pengembangan instrument, karena dari uij coba inilah diketahui informasi mengenai mutu instrumen yang dikembangkan itu. Syarat utam uji coba adalah bahwa karakteristik subjek uji coba harus sama dengan karakteristik subjek penelitian. Selain itu kondisi uji-coba (misalnya waktu, alat-alat yang dipakai, cara penyelenggaraaan) juga harus sama dengan kondisi penelitian yang sebenarnya. Agar syarat-syarat tersebut dapat terpenuhi maka uji coba instrumen itu harus dipersiapkan secara matang dan dilaksanakan secara professional.
6.        Analisis Hasil Uji Coba
Hasil uji coba itu lalu dianalisis. Butir demi butir pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan itu diteliti kualitasnya. Karena itu analisis ini pada umumnya lalu disebut analisis butir (item analysis). Walaupun pada dasarnya polanya sama, namun analisis butir-butir pertanyaan (untuk atribut kognitif) dan analisis butir-butir pertanyaan (untuk atribut non kognitif) mengandung perbedaan. Perbedaan itu akan nyata dari uraian berikut.
a.       Analisis Butir Pertanyaan
Dalam analisis butir-butir pertanyaan (untuk atribut kognitif) dicari informasi mengenai hal-hal berikut ini.
(1)    Distribusi response,
(2)    Taraf kesukaran, dan
(3)    Daya beda.
Distribusi response diperlukan untuk mengetahui efektif tidaknya alternative-alternatif pengecoh. Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui apakah taraf kesukaran butir soal sesuai dengan yang telah direncanakan dalam spesifikasi instrumen. Taraf kesukaran ini biasanya dilambangkan dengan hard p (proporsi yang menjawan benar). Daya beda soal diperlukan untuk mengetahui seberapa akurat butir pertanyaan itu membedakan subjek yang lebih mampu dari subjek yang kurang mampu. Daya beda ini biasa dihitung dengan mencari korelasi antara skor pada butir itu dengan skor total (item total correlation rit). Teknik yang paling sesuai dengan sifat datanya adalah korelasi biserial (biserial correlation, rbis)
Untuk melakukan analisis butir-butir pertanyaan ini telah tersedia berbagai program computer. Program yang banyak digunakan adalah SPSS, atau yang lebih khusus I TEMAN.
b.      Analisis Butir-butir Pernyaaan
Dalam analisis butir-butir pernyataan (misalnya skala model Likert) dicari informasi mengenai (1) diatribusi response dan (2) daya beda butir pernyataan.
Dalam menganalisis butir-butir pernyataan ini dicari informasi apakah butir-butir pernyataan yang dianalisis itu merupakan butir pernyataan yang baik. Butir pernyataan yang baik cirinya adalah (1) semua kemungkinan jawaban terisi dan (2) distribusinya bermodus tunggal (uni modal).

7.       Penentuan Perangkat Akhir Instrumen
Berdasar hasil analisis butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu dipilih butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang baik sesuai dengan spesifikasi. Untuk butir-butir pertanyaan dipilih butir-butir yang mempunyai harga p pada sebaran tertentu (misalnya dari 0,25 sampai 0,75 atau dari 0,20sampai 0,80) sesuai spesifikasi dan yang mempunyai harga rbis tertentu (misalnya sekurang-kurangnya 0,30 atau sekurang-kurangnya 0,25 atau sekurang-kurangnya 0,20). Butir-butir pertanyaan yang memenuhi kedua kriteria itu dipilih sebagai butir-butir pertanyaan yang baik lalu dirakit menjadi perangkat akhir instrument yang akan digunakan dalam penelitan.
Untuk butir-butir pertanyaan dipilih butir-butir yang memenuhi syarat berdasar distribusi response dan yang mempunyai harga t signifikan (berdasar uji t satu ujung). Butir-butir pernyataan yang memenuhi kedua kriteria itu dipilih sebagai butir-butir pernyataan yang baik dan dirakit menjadi perangkat akhir instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
8.       Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan. Karena hasilnya yang konsisten itu, maka instrumen itu dapat dipercaya (reliable) atau dapat diandalkan (dependeable). Secara psikometris diteorikan, reliabilitas sestau instrumen adalah proporsi variansi skor perolehan yang merupakan variansi skor murni.
Ada tiga cara untuk mengestimasi reliabilitas instrumen itu yaitu:
a.       Metode uji ulang (test-retest method)
b.      Metode bentuk parallel (paralled form method), dan
c.       Metode pengujian satu kali (single trial method)
Pada metode uji ulang seperangkat instrumen diberikan kepada sekelompok subjek dua kali, dengan selang waktu tertentu (misalnya dua minggu atau tiga minggu). Lalu skor pada perekaman data yang pertama dan skor pada perekaman data yang kedua itu dikorelasikan. Angka korelasi itulah yang merupakan koefisien reiabilitas, rtt = rI II
Pada metode bentuk parallel disusun dua perangkat instrumen yang paralel (kembar), misalnya perangkat A dan perangkat B. Kedua perangkat instrumen itu diberikan kepada satu kelompok subjek dalam waktu beruntutan, atau dengan selang waktu sedikit skor pada perangkat A dikorelasikan dengan skor pada perangkat B. koefisien korelasi itulah yang merupakan koefisien reliabilitas, rtt = rAB
Kedua metode itu mengandung keterbatasan atau kesulitan, oleh karena itu di dalam praktek jarang peneliti menggunakan kedua metode itu. Para peneliti pada umumnya memilih menggunakan metode pengujian satu kali. Dalam metode pengujian satu kali seperangkat instrumen diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, lalu dengan cara tertentu diestimasi reliabilitas instrumen tersebut. Sampai sekarang ada tujuh macam cara yang telah diusulkan oleh para ahli yaitu:
(1)    Metode belah dua (split half method),
(2)    Metode Rulon,
(3)    Metode Flanagan,
(4)    Metode KR20,
(5)    Metode KR21,
(6)    Metode analisis variansi (metode Hoyt), dan
(7)    Metode alpha (Cronbach).
Terkecuali metode belah dua, keenam metode yang lain itu berdasarkan teori bahwa koefisien reliabilitas sama dengan 1 dikurangi variansi kesalahan pengukuran dibagi variasni total (skor perolehan).
Walaupun koefisiensi reliabilitas itu wujudnya adalah koefisien korelasi (karena memang diteorikan berasal dari korelasi antara dua tes parallel), tetapi dalam menginterpretasikannya tidak didasarkan harga kritis r dalam tabel korelasi, melainkan ditafsirkan berdasar galat baku pengukuran (strandart error of measurement).
Dari bermacam-macam teknik untuk mengestimasi reliabilitas instrument itu aman yang terbaik, tidak ada kesepakatan penuh diantara para ahli. Dalam praktek yang terjadi adalah semacam “kesukaan”, yang terkait dengan pengalaman pribadi dan tersedianya program computer. Yang pokok adalah si peneliti harus melaporkan menggunakan teknik mana dan hasilnya berapa, lalu interpretasinya bagaimana.
9.       Pengujian Validitas Instrumen
Validitas instrument didefinisikan “sejauh mana isntrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur”. Ada tiga landasan untuk melihat sejauh mana itu yaitu (a) didasarkan pada isinya, (b) didasarkan pada kesesuaiannya dengan constructnya dan (c) didasarkan pada keseseuaiannya dengan kriterianya yaitu instrument yang lain yang dimaksud untuk merekam/mengukur hal yang sama. Jadi secara teori ada tiga macam validitas diatas berdasar kriteria. Secara ideal setiap isntrumen pengumpul data penelitian harus memiliki ketiga macam validitas itu. Akan tetapi seringkali keadaan ideal itu belum tentu tercapai, tetapi adalah merupakan kewajiban akademik setiap peneiliti untuk berupaya menegakkan validitas instrument pengumpul datanya, karena seperti telah disebutkan di muka, kualitas isntrumen ini akan sangat menentukan validitas internal penelitian yang dilakukan.
a.       Menegakkan Validitas Isi
Validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan/butir pernyataan, berdasarkan pendapat prosefional (professional judgement) para penelaah. Validitas isi secara relative lebih mudah ditegakkan dibandign kedua macam validitas yang lainnya. Sebagai pertanggungjawaban akademik, peneliti wajib menginformasikan secara lengkap proses penegakan validitas isi ini termasuk daftar cek yang digunakan dalam proses validasi serta nama-nama peserta dalam proses itu beserta kualifikasi akademiknya (daftar nama sebaiknya disajikan dalam Lampiran).
b.      Menegakkan Validitas Construct
Sampai sekarang ada dua cara yang telah diusulkan untuk menegakkan validitas rekaan teoretis yaitu (a) discriminant validation melalui multi trait-multi method dan (b) analisis faktor. Teknik multi trait-multi method boleh dikatakan relative baru, dan belum banyak digunakan terutama karena beban kerjanya yang tinggi. Peneliti harus menyiapkan lebih dari satu instrument untuk merekam/mengukur lebih dari satu sifat. Dasar pikiran penerapan cara ini adalah hal-hal yang secara teori berdekatan harus tinggi korelasinya (convergent validation) dan hal-hal yang 

Artikel Terkait

Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email