Selasa, 27 September 2016

Langkah-Langkah Penelitian: Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah

Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu. Banyak sekali, kesenjangan itu mengenai pengetahuan dan teknologi; informasi yang tersedia tidak cukup, dan teknologi yang ada tidak memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

Identifikasi Masalah
Masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada tersedia dan cukup banyak, tinggallah si peneliti mengidentifikasikannya, memilihnya, dan merumuskannya. Walapupun demikian, agar seseorang ilmuwan mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, dia harus cukup berlatih. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah:
1. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
Bacaan. Bacaan, terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian, mudah dijadikan sumber masalah penelitian, karena laporan penelitian yang baik tentu akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dengan arah tertentu. Hal yang demikian itu mudah dimengerti, karena tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Kadang-kadang suatu penelitian menampilkan masalah lebih banyak daripada yang dijawabnya. Justru karena hal yang demikian itulah maka ilmu pengetahuan itu selalu mengalami kemajuan.
2. Seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah
Diskusi, Seminar, Pertemuan Ilmiah. Diskusi, seminar, dan lain-lain pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya, karena pada umumnya dalam pertemuan ilmiah demikian itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkannya secara professional. Dengan kemampuan professional para ilmuwan peserta pertemuan ilmiah melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.
3. Pernyataan pemegang otoritas
Pernyataan Pemegang Otoritas. Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya pernyataan seorang Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMU, atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian. Pernyataan ahli-ahli pendidikan dan ahli-ahli psikologi mengenai perlu dan tidaknya serta tepat dan tidaknya penjurusan di SMU seperti yang terjadi sekarang ini, dapat menjadi sumber masalah penelitian pula.
4. Pengamatan sepintas
Pengamatan Sepintas. Seringkali terjadi, seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana untuk mencari masalah penelitian. Tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu di lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya, yang akhirnya terkristalisasikan dalam masalah penelitian. Seorang ahli ilmu tanah dapat menemukan masalahnya ketika ia menyaksikan keadaan tanah di suatu tempat, seorang ahli kesehatan dapat menemukan masalahnya ketika dia menyaksikan dari mana penduduk mendapatkan air minum, seorang ahli teknologi bahan makanan mungkin menemukan masalahnya ketika dia menyaksikan produksi jenis panganan tertentu yang berlebihan di suatu daerah, seorang ahli psikologi industri mungkin mendapatkan masalah ketika dia menyaksikan bagaimana sejumlah karyawan pabrik melaksanakan tugasnya, dan sebagainya.
5. Pengalaman pribadi
Pengalaman Pribadi. Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi diketemukannya masalah penelitian. Lebih-lebih dalam ilmu-ilmu social, hal yang demikian itu sering terjadi.; mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembanhan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional.
6. Perasaan intuitif
Perasaan Intuitif. Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi hari setelah bangun tidur, atau pada saat-saat habis istirahat. Rupanya selama tidur atau istirahat itu terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau masalah.

Apa pun sumbernya, masalah penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasikan kalau calon peneliti cukup “berisi”. Orang yang masih “kosong”, yaitu yang miskin akan pengetahuan mengenai sesuatu cabang ilmu hampir tidak mungkin, atau sekurang-kurangnya sulit, untuk menemukan masalah penelitian.

Pemilihan Masalah
Setelah mempelajari identifikasi masalah, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya, dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang diketemukan sekiranya hanya atu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti., pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu (1) dari arah masalahnya, dan (2) dari arah si calon peneliti.

Pertimbangan dari Arah Masalahnya
Untuk menentukan apakah sesuatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut objektif. Dari sudut objektif ini, pertimbangan akan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan memberi sumbangan kepada:
  1. Pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya, dan
  2. Pemecahan masalah-masalah praktis.
Kiranya jelas, bahwa kelayakan sesuatu masalah untuk diteliti itu sifatnya relatif, tergantung kepada konteksnya. Sesuatu masalah yang layak untuk diteliti dalam sesuatu konteks tertentu, mungkin kurang layak kalau ditempatkan dalam konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini, dan keputusan akan tergantung kepada ketajaman calon peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh dan menjangkau ke depan. Di samping itu hal-hal tersebut di atas perlu ditambahkan bahwa dari masalah itu hendaklah mungkin dilakukan pengumpulan data guna memecahkan masalah itu atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung di dalamnya. Kecuali itu masalah yang akan diteliti itu seyogyanya bukan merupakan pendirian mengenai etika dan moral.

Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti
Dari segi subjektif, yaitu pertimbangan dari arah calon peneliti perlu dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya sesuatu masalah itu untuk diteliti terutama bergantung kepada apakah masalah tersebut manageable atau tidak oleh si calon peneliti. Managibility itu terutama dilihat dari lima segi yaitu:
  1. Biaya yang tersedis,
  2. Waktu yang dapat digunakan,
  3. Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia,
  4. Bekal kemampuan teoretis, dan
  5. Penguasaan metose yang diperlukan.

Setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah masalah yang akan diteliti itu sesuai baginya, dilihat dari kelima halb tersebut di atas. Jika sekiranya tidak, sebaiknya dipilih masalah lain, atau masalah itu dimodifikasi, sehingga menjadi sesuai baginya.

Perumusan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah itu, namun dapat disarankan hal-hal berikut ini:
  • Masalah hendaklah dirumuskan padat dan jelas,
  • Rumusan itu hendaklah memberi petunjuk tentang mingkinnya mengump[ulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

Sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan beberapa contoh.
  • Apakah mengajar dengan metode diskusi lebih berhasil daripada mengajar dengan metode ceramah?
  • Bagaimanakah hubungan antara IQ dengan prestasi belajar di perguruan tinggi?
  • Apakah mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi indeks prestasi belajarnya?
  • Apakah mahasiswa wanita lebih konformistik daripada mahasiswa pria?
  • Apakah mahasiswa Fakultas Ekonomi yang berasal dari Program IPA berbeda prestasi belajarnya dari mereka yang berasal dari Program IPS?

Artikel Terkait

Langkah-Langkah Penelitian: Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email