Rabu, 28 September 2016

Langkah-Langkah Penelitian: Tinjauan Pustaka

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi penelitian yang akan dilakukan itu. Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan di atas itu orang harus melakukan tinjauan pustaka. Memang, pada umumnya lebih dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial.

Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sumber acuan umu, dan (b) sumber acuan khusus. teori-teori dan kosep-konsep pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan umum yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan bagi masalah yang sedang digarap. Hasil-hasil penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan khusus yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, bulletin penelitian, tesis, disertasi dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil penelitian. Dalam pada itu perlu diingat bahwa dalam mencari sumber bacaan itu orang perlu pilih-pilih (selektif), artinya tidak semua yang diketemukan lalu ditelaah. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan itu ialah (a) prinsip kemutakhiran (recency), dan (b) prinsip relevansi (relevance).
Kecuali untuk penelitian historis, perlu dihindarkan penggunaan sumber bacaan yang sudah “lama” dan dipilih sumber yang lebih mutakhir. Seumber yang telah “lama” mungkin memuat teori-teori atau konsep-konsep yang sudah tidak berlaku lagi, karena kebenarannya telah dibantah oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian. Di samping sumber itu harus mutakhir, juga harus relevan bagi masalah yang sedang digarap. Seleki berdasarkan kriteria relevansi ini terutama jelas pada sumber acuan khusus. jadi hendaklah dipilih sumber-sumber yang berkaitan langsung dengan masalah yang sedang diteliti.
Dari teori-teori atau konsep-konsep umum dilakukan pemerincian atau analisis melalui penalaran deduktif, sedangkan dari hasil-hasil penelitian dilakukan pemaduan atau sintesis dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi itu dilakukann secara interaktif dan dari desuksi dan induksi yang berulang-ulang itu diharapkan dapat dirumuskan jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan, yang paling mungkin dan paling tinggi taraf kebenarannya. Jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian.
Seperti telah disebutkan di muka, sebagian besar kegiatan dalam keseluruhan proses penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir seluruhnya terjadi pada langkah tinjauan pustaka ini. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar dia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk. Untuk itu kegemaran membaca harus dibuat membudaya, membaca harus merupakan kegemaran, bahkan akhirnya harus merupakan kebutuhan.
Penyusunan landasan teoretis tidak akan produktif sebelum bahnnay cukup banyak. Akrean itu perlu lebih dahulu dibaca banyak-banyak sumber bacaan, baru kemudian ditelaah, dibanding-bandingkan, lalu diambil kesimpulan-kesimpulan teoretis. Supaya hasil pembacaan itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, perlulah hal tersebut direkam (dicatat) dengan cara yang mudah pemanfaatannya. Informasi mana yang perlu dicatat, tidak ada aturan umumnya. Sementara orang menganggap informasi minimal, yaitu yang berisi hal-hal seperti yang tertulis dalam katalog perpustakaan telah cukup, sementara orang-orang yang lain menganggap bahwa catatan itu perlu memuat inti sari atau garis-garis besar isi bacaan. Untuk Indonesia, kiranya pendapat yang kedua itulah yang lebih sesuai karena pada umumnya sumber bacaan sangat terbatas, sehingga ada kemungkinan sumber yang pernah dibaca tidak lagi tersedia di perpustakaan sewaktu diperlukan kembali.
Tentang cara pencatatannya, pada umumnya mengikuti salah satu dari dua sistem yaitu (a) sistem kartu, dan (b) sistem lembaran atau sistem kuarto. Sistem kartu menggunakan kertas gambar berukuran kartupos atau berukuran lebih kecil dari kartupos, sedangkan sistem lembaran (kuarto) mengunakan kertas (seringkali juga HVS) ukuran kuarto. Keuntungan sistem kartu ialah bahwa kartu-kartu itu mudah diatur, disimpan dan dibawa kemana-mana. Kelemahannya, informasi yang dapat direkam pada setiap kartu sangat terbatas. Sebaliknya, pada sistem lembaran (kuarto), masing-masing lembar dapat memuat informasi yang jauh lebih banyak tetapi mengatur, menyimpan dan membawanya lebih sukar. Namun, dengan tesedianya alat pelubang (perforator) dan map yang sesuai dengan ukuran kuarto di toko-toko alat tulis dewasa ini, kelemahan sistem lembaran (kuarto) itu dapat diatasi. Dewasa ini, dengan tersedianya komputer, perekam hasil bacaan itu dalamk kmputer mungkin merupakan pilihan yang tepat.
Dari informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan membaca itulah peneliti melakukan penelaahan lebih lanjut terhadap masalah yang digarapnya. Dengan dedukasi dan berusaha melakukan pemerincian atau pengkhususan, dengan induksi dia melakukan pemaduan dan pembuatan generalisasi-generalisasi dan akhirnya meramu kesemua bahan itu ke dalam suatu sistem yang berupa kesimpulan-kesimpulan teoretis, yang akan menjadi landasan bagi penyusunan hipotesis penelitian. Di dalam kesimpulan-kesimpulan teoretis itu peneliti harus mengidentifikasi hal-hal atau faktor-faktor utama yang akan digarap dalam penelitiannya. Faktor-faktor inilah yang akan menjadi variabel-variabel yang akan digarap dalam penelitiannya. Peramuan ini penting karena di situlah letak mutu sistem pemikiran teoretis si peneliti. Penyatuan hasil-hasil bacaan secara kronologis dan kompilatif saja tidak cukup. Hasil-hasil itu harus diramu berdasarkan suatu garis oemikiran yang konsisten. Garis –garis pemikiran inilah yang melandasi kesimpulan-kesimpulan teoretis yang menjadi dasar hipotesis penelitian.

Artikel Terkait

Langkah-Langkah Penelitian: Tinjauan Pustaka
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email