Kamis, 06 Oktober 2016

Cara Menentukan Sampel Penelitian

Karena berbagai alasan, tidak semua halyang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadapsebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandugn risiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin besarlah kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian itulah maka teknik penentuan sampel itu menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representative, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

Di antara berbagai teknik penentuan sampel yang dianggap paling baik adalah penentuan sampel secara rambang (random sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi juga pada bukti-bukti empiris. Perkembangan teknologi computer telah memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara rambang itu. Di dalam penentuan sampel secara rambang semua anggota populasi, secara individual atau secara kolektif, diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat untuk mengambil sampel secara rambang ini yang paling praktis (dan dianggap paling valid juga) ialah dengan menggunakan tabel bilangan rambang atau kalkulator yang mempunyai program untuk bilangan rambang. Jika besarnya populasi terbatas, peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara individual. Tetapi kalau populasi itu sangat besar, sebaiknya peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan rambang individual.
Walaupun teknik pengambilan sampel secara rambang itu merupakan teknik yang terbaik, namun tidak selalu dapat dilaksanakan, karena berbagai alasan. Kadang-kadang orang terpaksa puas dengan sampel rumpun (cluster sample), karena rumpun-rumpun yang merupakan kelompokan individu-individu itu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid-murid sekolah biasanya tidak dapat menggunakan teknik pengambilan sampel secara rambang, melainkan harus secara rumpun. Yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secara individual, melainkan sekolah (jadi murid secara kelompok).
Seringkali terjadi pula sampel diambil bdari rumpun-rumpun yang telah ditentukan atau tersedia. Teknik yang demikian itu disebut penentuan sampel secara bertingkat (stratified sampling). Kalau dari kelompok-kelompok yang tersedia itu diambil sampel-sampel yang sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara rambang, maka teknik itu disebutpengambilan sampel secara rambang proporsional (proportional random sampling).
Seperti telah disebutkan tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling representative. Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan melainkan hanya dapat didekati secaea metodologis melalui parameter-parameter yang diketahui dan diakui baik secara teoretis maupun secara ekspreimental. Ada empat parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness sesuatu sampel yaitu (a) validitas populasi, (b) besar sampel, (c) teknik penentuan sampel dan (d) kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas populasi. Dari keempat parameter tersebut di atas itu variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus mereima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikian halnya; peneliti dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf representativeness sampel.
Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf representativeness sampelnya. Ketentuan ini berlaku selama populaswinya tidak homogeny secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna, besar sampel tidak mempengaruhi taraf representatifnya sampel. Untuk populasi yang demikian itu sampel cukup kecil saja.
Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggilah tingkat representative sampelnya. Ketentuan ini juga hanya berlaku selama populasinya tidak homogen secara sempurna. Jika populasinya homogeny secara sempurna rambang sama sekali tidak diperlukan.
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Makin lengkap ciri-ciri populasi yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkat representatifnya sampel.
Dengan mempertimbangkan parameter-parameter tersebut di atas itu, penelitian diharapkan dapat menentukan sampel yang paling tinggi tingkat representatifnya yang mungkin dicapai. Kecakapan untuk ini seperti untuk melakukan langkah-langkah yang lain dalam penelitian, sangat tergantung kepada latihan dan pengalaman.

Walaupun berbagai teknik pengambilan sampel telah dikembangkan dan parameter-parameter untuk perkiraantelah diidentifikasikan, namun hampir tidak pernah peneliti dapat menentukan sampel yang mencerminkan populasi secara sempurna. Hal yang demikian itu terjadi terutama dalam lapangan ilmu-ilmu social dan kemanusiaan. Karena itu kekeliruan yang timbul karean penggunaan sampel (sampling error) hampir selalu ada. Keadaan yang demikian itu lalu menimbulkan kebutuhan untuk dapat memperhitungkan atau setidak-tidaknya memperkirakan, besar kecilnya kekeliruan itu. Dalam analisis kekeliruan dalam generalisasi dari sampel ke populasi itu disebut kekeliruan baku atau galat baku (standart error). Dasar teoretis yang digunakan untuk memperkirakan kekeliruan baku itu adalah teori probabilitas. Sampel-sampel tunduk kepada hokum probabilitas, demikian pula harga-harga yang diperoleh dari sampel. Interpretasi kekeliruan baku itu adalah sama dengan interpretasi harga-harga lain yang menggunakan tabel probabilitas.

Artikel Terkait

Cara Menentukan Sampel Penelitian
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email