Pengembangan instrumen pengambil data itu berlangsung dalam
langkah-langkah yang kurang lebih sudah baku yaitu (1) pengembangan
spresifikasi instrumen, (2) penulisan butir-butir pertanyaan atau pernyataan,
(3) telaah dan revisi butir-butir pertanyaan atau pernyataan, (4) perakitan
butir-butir pertanyaan atau pernyataan ke dalam instrumen, (5) uij coba instrumen, (6) analisis hasil
uji coba, (7) penentuan perangkat akhir instrumen, (8) pengujian reliabilitas
dan (9) pengujian validitas.
1.
Pengembangan Spesifikikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen adalah rancangan pokok (grand design) instrumen. Segala
kegiatan dalam pengembangan instrumen dilakukan berdasar atas spesifikasi itu.
Karena itu spesifikasi ini harus digarap secara hati-hati. Spesifikasi itu
harus memuat secara lengkap semua hal yang harus dilakukan, dan masing-masing
harus disajikan secara spesifik. Hal-hal yang perlu dimuat dalam spesifikasi
itu adalah (a) wilayah yang direkam, (b) dasar konseptual atau dasar teoretis
yang akan dipakai sebagai landasan, (c) subjek yang akan diambil datanya, (d)
tujuan pengambilan data, (e) materi instrumen, (f) tipe butir pertanyaan atau
pernyataan, (g) jumlah butir pertanyaan atau pernyataan, (h) kriteria seleksi
butir pertanyaan atau perrnyataan yang dianggap baik.
2.
Penulisan Butir-butir Pertanyaan atau Pernyataan
Kemampuan untuk menulis pertanyaan atau pernyataan adalah perpaduan
atara kiat dan hasil latihan. Banyak buku-buku yang menyajikan cara-cara untuk
menulis butir pertanyaanatau pernyataan. Kaidah-kaidahnya dapat ditemukan dalam
buku-buku tersebut yang antara lain juga terdapat pada Daftar Pustaka buku ini.
Di antara instrumen pengumpul data untuk atribut kognitif yang paling popular
dan karenanya juga paling banyak dipakai adalah tes pilihan ganda dengan lima kemungkinan jawaban. Untuk atribut
non kognitif, instrumen yang paling populer dan relatif paling banyak digunakan
adalah skala model Likert. Kedua
model instrumen itu akan menghasilkan data interval yaitu data yang paling
diminati oleh para peneliti karena data interval memungkinkan penggunaan
Statistika Parametrik.
3.
Telaah dan Revisi Butir-butir Pertanyaan atau Pernyataan
Butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu harus ditelaah secara
cermat apakah sudah sesuai dengan yang dirancangkan, dan apakah perlu direvisi.
Rujukan pokok dalam telaah ini adalah spesifikasi instrumen. Telaah dan revisi
butir-butir pertanyaan atau penyataan ini sebaiknya dilakukan oleh suatu team, akan lebih bagus kalau
diselenggarakan dalam semacam seminar, agar butir-butir pertanyaan atau
pernyataan itu dapat dicermati dari berbagai aspeknya. Aspek-aspek utama yang
perrlu dicermati adalah (a) kesesuaian dengan spesifikiasi, (b) kesesuaian
dengan landasan teoretis, (c) kesesuaian dengan format dilihat dari sudut ilmu
pengukuran, (d) ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku
dan subjek yang memberikan response.
Guna memudahkan pekerjaan para penelaah, sebaiknya dibuatkan semacam
daftar cek. Untuk instrumen pengambil data kogintif, misalnya daftar cek itu
adalah sebagai berikut.
Pastikan bahwa:
1.
Kunci jawaban jelas-jelas
benar,
2.
Setiap alternative lainnya
jelas salah,
3.
Pertanyaan sesuai dengan
indikatornya,
4.
Pertanyaan memiliki tingkat
kesulitan yang sesuai,
5.
Konsep atau proses yang direkam
jelas,
6.
Istilah dan situasi dalam
pertanyaan terdefinisi dengan jelas,
7.
Para respponden mampu memahami
apa yang diharapkan mereka lakukan,
8.
Pertanyaan ditulis dalam bahasa
dan ejaan yang benar,
9.
Struktur tata bahasa untuk
semua alternative jawaban konsisten dan sesuai,
10.
Tidak ada pentujuk tentang
jawaban yang benar.
4.
Perakitan Butir-butir Pertanyaan atau pernyataan ke dalam Perangkat
Instrumen
Butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu harus dirakit menjadi
satu instrumen yang siap untuk diujicobakan. Hal penting yang harus selalu
diingat adalah bahwa response terhadap sesuatu petanyaan tidak boleh
mempengaruhi response terhadap pertanyaan lain, karena secara teori
masing-masing pertanyaan itu bebas satu sama lain. Dalam perakitan ini
sekaligus dirumuskan petunjuk bagaiman caranya eresponse kepada
pertanyaan-pertanyaan itu. Instrumen yagn telah dirakit itu kemudian dicetak
dan siap untuk duji cobakan.
5.
Uji coba Instrumen
Uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
pengembangan instrument, karena dari uij coba inilah diketahui informasi
mengenai mutu instrumen yang dikembangkan itu. Syarat utam uji coba adalah
bahwa karakteristik subjek uji coba harus sama dengan karakteristik subjek
penelitian. Selain itu kondisi uji-coba (misalnya waktu, alat-alat yang
dipakai, cara penyelenggaraaan) juga harus sama dengan kondisi penelitian yang
sebenarnya. Agar syarat-syarat tersebut dapat terpenuhi maka uji coba instrumen
itu harus dipersiapkan secara matang dan dilaksanakan secara professional.
6.
Analisis
Hasil Uji Coba
Hasil uji coba
itu lalu dianalisis. Butir demi butir pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan itu diteliti kualitasnya. Karena itu analisis ini pada
umumnya lalu disebut analisis butir (item
analysis). Walaupun pada dasarnya polanya sama, namun analisis butir-butir
pertanyaan (untuk atribut kognitif) dan analisis butir-butir pertanyaan (untuk
atribut non kognitif) mengandung perbedaan. Perbedaan itu akan nyata dari
uraian berikut.
a.
Analisis Butir Pertanyaan
Dalam analisis butir-butir pertanyaan
(untuk atribut kognitif) dicari informasi mengenai hal-hal berikut ini.
(1)
Distribusi response,
(2)
Taraf kesukaran, dan
(3)
Daya beda.
Distribusi response diperlukan untuk mengetahui efektif tidaknya
alternative-alternatif pengecoh. Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk
mengetahui apakah taraf kesukaran butir soal sesuai dengan yang telah
direncanakan dalam spesifikasi instrumen. Taraf kesukaran ini biasanya
dilambangkan dengan hard p (proporsi
yang menjawan benar). Daya beda soal diperlukan untuk mengetahui seberapa
akurat butir pertanyaan itu membedakan subjek yang lebih mampu dari subjek yang
kurang mampu. Daya beda ini biasa dihitung dengan mencari korelasi antara skor
pada butir itu dengan skor total (item
total correlation rit). Teknik yang paling sesuai dengan sifat
datanya adalah korelasi biserial (biserial
correlation, rbis)
Untuk melakukan analisis butir-butir pertanyaan ini telah tersedia
berbagai program computer. Program yang banyak digunakan adalah SPSS, atau yang
lebih khusus I TEMAN.
b.
Analisis Butir-butir Pernyaaan
Dalam analisis butir-butir pernyataan
(misalnya skala model Likert) dicari informasi mengenai (1) diatribusi response
dan (2) daya beda butir pernyataan.
Dalam menganalisis butir-butir
pernyataan ini dicari informasi apakah butir-butir pernyataan yang dianalisis
itu merupakan butir pernyataan yang baik. Butir pernyataan yang baik cirinya
adalah (1) semua kemungkinan jawaban terisi dan (2) distribusinya bermodus tunggal
(uni modal).
7.
Penentuan Perangkat Akhir Instrumen
Berdasar hasil analisis butir-butir pertanyaan atau pernyataan itu
dipilih butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang baik sesuai dengan
spesifikasi. Untuk butir-butir pertanyaan dipilih butir-butir yang mempunyai
harga p pada sebaran tertentu (misalnya dari 0,25 sampai 0,75 atau dari
0,20sampai 0,80) sesuai spesifikasi dan yang mempunyai harga rbis
tertentu (misalnya sekurang-kurangnya 0,30 atau sekurang-kurangnya 0,25 atau
sekurang-kurangnya 0,20). Butir-butir pertanyaan yang memenuhi kedua kriteria
itu dipilih sebagai butir-butir pertanyaan yang baik lalu dirakit menjadi
perangkat akhir instrument yang akan digunakan dalam penelitan.
Untuk butir-butir pertanyaan dipilih butir-butir yang memenuhi syarat
berdasar distribusi response dan yang mempunyai harga t signifikan (berdasar
uji t satu ujung). Butir-butir pernyataan yang memenuhi kedua kriteria itu
dipilih sebagai butir-butir pernyataan yang baik dan dirakit menjadi perangkat
akhir instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
8.
Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman
data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang sama dalam waktu berlainan atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang
atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang
berlainan. Karena hasilnya yang konsisten itu, maka instrumen itu dapat
dipercaya (reliable) atau dapat
diandalkan (dependeable). Secara
psikometris diteorikan, reliabilitas sestau instrumen adalah proporsi variansi
skor perolehan yang merupakan variansi skor murni.
Ada tiga cara
untuk mengestimasi reliabilitas instrumen itu yaitu:
a.
Metode uji ulang (test-retest method)
b.
Metode bentuk parallel (paralled form method), dan
c.
Metode pengujian satu kali (single trial method)
Pada metode uji ulang seperangkat instrumen diberikan kepada
sekelompok subjek dua kali, dengan selang waktu tertentu (misalnya dua minggu
atau tiga minggu). Lalu skor pada perekaman data yang pertama dan skor pada
perekaman data yang kedua itu dikorelasikan. Angka korelasi itulah yang
merupakan koefisien reiabilitas, rtt = rI II
Pada metode bentuk parallel disusun dua perangkat instrumen yang
paralel (kembar), misalnya perangkat A dan perangkat B. Kedua perangkat
instrumen itu diberikan kepada satu kelompok subjek dalam waktu beruntutan,
atau dengan selang waktu sedikit skor pada perangkat A dikorelasikan dengan
skor pada perangkat B. koefisien korelasi itulah yang merupakan koefisien reliabilitas,
rtt = rAB
Kedua metode itu mengandung keterbatasan atau kesulitan, oleh karena
itu di dalam praktek jarang peneliti menggunakan kedua metode itu. Para
peneliti pada umumnya memilih menggunakan metode pengujian satu kali. Dalam
metode pengujian satu kali seperangkat instrumen diberikan kepada sekelompok
subjek satu kali, lalu dengan cara tertentu diestimasi reliabilitas instrumen
tersebut. Sampai sekarang ada tujuh macam cara yang telah diusulkan oleh para
ahli yaitu:
(1)
Metode belah dua (split half method),
(2)
Metode Rulon,
(3)
Metode Flanagan,
(4)
Metode KR20,
(5)
Metode KR21,
(6)
Metode analisis variansi
(metode Hoyt), dan
(7)
Metode alpha (Cronbach).
Terkecuali
metode belah dua, keenam metode yang lain itu berdasarkan teori bahwa koefisien
reliabilitas sama dengan 1 dikurangi variansi kesalahan pengukuran dibagi
variasni total (skor perolehan).
Walaupun
koefisiensi reliabilitas itu wujudnya adalah koefisien korelasi (karena memang
diteorikan berasal dari korelasi antara dua tes parallel), tetapi dalam
menginterpretasikannya tidak didasarkan harga kritis r dalam tabel korelasi,
melainkan ditafsirkan berdasar galat baku pengukuran (strandart error of measurement).
Dari
bermacam-macam teknik untuk mengestimasi reliabilitas instrument itu aman yang
terbaik, tidak ada kesepakatan penuh diantara para ahli. Dalam praktek yang
terjadi adalah semacam “kesukaan”, yang terkait dengan pengalaman pribadi dan
tersedianya program computer. Yang pokok adalah si peneliti harus melaporkan
menggunakan teknik mana dan hasilnya berapa, lalu interpretasinya bagaimana.
9.
Pengujian Validitas Instrumen
Validitas instrument didefinisikan “sejauh mana isntrumen itu
merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur”. Ada tiga landasan
untuk melihat sejauh mana itu yaitu (a) didasarkan pada isinya, (b) didasarkan
pada kesesuaiannya dengan constructnya
dan (c) didasarkan pada keseseuaiannya dengan kriterianya yaitu instrument yang
lain yang dimaksud untuk merekam/mengukur hal yang sama. Jadi secara teori ada
tiga macam validitas diatas berdasar kriteria. Secara ideal setiap isntrumen
pengumpul data penelitian harus memiliki ketiga macam validitas itu. Akan
tetapi seringkali keadaan ideal itu belum tentu tercapai, tetapi adalah
merupakan kewajiban akademik setiap peneiliti untuk berupaya menegakkan
validitas instrument pengumpul datanya, karena seperti telah disebutkan di
muka, kualitas isntrumen ini akan sangat menentukan validitas internal penelitian yang dilakukan.
a.
Menegakkan Validitas Isi
Validitas isi
ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan/butir pernyataan,
berdasarkan pendapat prosefional (professional
judgement) para penelaah. Validitas isi secara relative lebih mudah
ditegakkan dibandign kedua macam validitas yang lainnya. Sebagai
pertanggungjawaban akademik, peneliti wajib menginformasikan secara lengkap
proses penegakan validitas isi ini termasuk daftar cek yang digunakan dalam
proses validasi serta nama-nama peserta dalam proses itu beserta kualifikasi
akademiknya (daftar nama sebaiknya disajikan dalam Lampiran).
b.
Menegakkan Validitas Construct
Sampai sekarang ada dua cara yang telah
diusulkan untuk menegakkan validitas rekaan teoretis yaitu (a) discriminant validation melalui multi trait-multi method dan (b)
analisis faktor. Teknik multi trait-multi
method boleh dikatakan relative baru, dan belum banyak digunakan terutama
karena beban kerjanya yang tinggi. Peneliti harus menyiapkan lebih dari satu
instrument untuk merekam/mengukur lebih dari satu sifat. Dasar pikiran
penerapan cara ini adalah hal-hal yang secara teori berdekatan harus tinggi
korelasinya (convergent validation)
dan hal-hal yang
Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian
4/
5
Oleh
Admin