Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari
teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan
landasan teoretis bagi penelitian yang akan dilakukan itu. Landasan ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Untuk
mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan di atas itu orang
harus melakukan tinjauan pustaka. Memang, pada umumnya lebih dari lima puluh
persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu
sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial.
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu (a) sumber acuan umu, dan (b) sumber acuan khusus. teori-teori
dan kosep-konsep pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan umum yaitu
kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan
sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan bagi masalah yang sedang digarap. Hasil-hasil
penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan
khusus yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, bulletin penelitian, tesis,
disertasi dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil penelitian.
Dalam pada itu perlu diingat bahwa dalam mencari sumber bacaan itu orang perlu
pilih-pilih (selektif), artinya tidak
semua yang diketemukan lalu ditelaah. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk
memilih sumber bacaan itu ialah (a) prinsip kemutakhiran (recency), dan (b) prinsip relevansi (relevance).
Kecuali untuk penelitian historis, perlu dihindarkan penggunaan
sumber bacaan yang sudah “lama” dan dipilih sumber yang lebih mutakhir. Seumber
yang telah “lama” mungkin memuat teori-teori atau konsep-konsep yang sudah
tidak berlaku lagi, karena kebenarannya telah dibantah oleh teori yang lebih
baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian. Di samping sumber itu harus
mutakhir, juga harus relevan bagi masalah yang sedang digarap. Seleki
berdasarkan kriteria relevansi ini terutama jelas pada sumber acuan khusus.
jadi hendaklah dipilih sumber-sumber yang berkaitan langsung dengan masalah
yang sedang diteliti.
Dari teori-teori atau konsep-konsep umum dilakukan pemerincian atau
analisis melalui penalaran deduktif, sedangkan dari hasil-hasil penelitian
dilakukan pemaduan atau sintesis dan generalisasi melalui penalaran induktif.
Proses deduksi dan induksi itu dilakukann secara interaktif dan dari desuksi
dan induksi yang berulang-ulang itu diharapkan dapat dirumuskan jawaban
terhadap masalah yang telah dirumuskan, yang paling mungkin dan paling tinggi
taraf kebenarannya. Jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian.
Seperti telah disebutkan di muka, sebagian besar kegiatan dalam
keseluruhan proses penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir seluruhnya
terjadi pada langkah tinjauan pustaka ini. Orang harus membaca dan membaca, dan
menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar dia dapat menegakkan landasan
yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang
harus dikembangkan dan dipupuk. Untuk itu kegemaran membaca harus dibuat
membudaya, membaca harus merupakan kegemaran, bahkan akhirnya harus merupakan
kebutuhan.
Penyusunan landasan teoretis tidak akan produktif sebelum bahnnay
cukup banyak. Akrean itu perlu lebih dahulu dibaca banyak-banyak sumber bacaan,
baru kemudian ditelaah, dibanding-bandingkan, lalu diambil
kesimpulan-kesimpulan teoretis. Supaya hasil pembacaan itu dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya, perlulah hal tersebut direkam (dicatat) dengan cara yang mudah
pemanfaatannya. Informasi mana yang perlu dicatat, tidak ada aturan umumnya. Sementara
orang menganggap informasi minimal, yaitu yang berisi hal-hal seperti yang
tertulis dalam katalog perpustakaan telah cukup, sementara orang-orang yang
lain menganggap bahwa catatan itu perlu memuat inti sari atau garis-garis besar
isi bacaan. Untuk Indonesia, kiranya pendapat yang kedua itulah yang lebih
sesuai karena pada umumnya sumber bacaan sangat terbatas, sehingga ada
kemungkinan sumber yang pernah dibaca tidak lagi tersedia di perpustakaan
sewaktu diperlukan kembali.
Tentang cara pencatatannya, pada umumnya mengikuti salah satu dari
dua sistem yaitu (a) sistem kartu, dan (b) sistem lembaran atau sistem kuarto.
Sistem kartu menggunakan kertas gambar berukuran kartupos atau berukuran lebih
kecil dari kartupos, sedangkan sistem lembaran (kuarto) mengunakan kertas
(seringkali juga HVS) ukuran kuarto. Keuntungan sistem kartu ialah bahwa
kartu-kartu itu mudah diatur, disimpan dan dibawa kemana-mana. Kelemahannya,
informasi yang dapat direkam pada setiap kartu sangat terbatas. Sebaliknya,
pada sistem lembaran (kuarto), masing-masing lembar dapat memuat informasi yang
jauh lebih banyak tetapi mengatur, menyimpan dan membawanya lebih sukar. Namun,
dengan tesedianya alat pelubang (perforator)
dan map yang sesuai dengan ukuran kuarto di toko-toko alat tulis dewasa
ini, kelemahan sistem lembaran (kuarto) itu dapat diatasi. Dewasa ini, dengan
tersedianya komputer, perekam hasil bacaan itu dalamk kmputer mungkin merupakan
pilihan yang tepat.
Dari informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan
membaca itulah peneliti melakukan penelaahan lebih lanjut terhadap masalah yang
digarapnya. Dengan dedukasi dan berusaha melakukan pemerincian atau
pengkhususan, dengan induksi dia melakukan pemaduan dan pembuatan
generalisasi-generalisasi dan akhirnya meramu kesemua bahan itu ke dalam suatu
sistem yang berupa kesimpulan-kesimpulan teoretis, yang akan menjadi landasan
bagi penyusunan hipotesis penelitian. Di dalam kesimpulan-kesimpulan teoretis
itu peneliti harus mengidentifikasi hal-hal atau faktor-faktor utama yang akan
digarap dalam penelitiannya. Faktor-faktor inilah yang akan menjadi
variabel-variabel yang akan digarap dalam penelitiannya. Peramuan ini penting karena di situlah letak mutu sistem pemikiran
teoretis si peneliti. Penyatuan hasil-hasil bacaan secara kronologis dan
kompilatif saja tidak cukup. Hasil-hasil itu harus diramu berdasarkan suatu
garis oemikiran yang konsisten. Garis –garis pemikiran inilah yang melandasi
kesimpulan-kesimpulan teoretis yang menjadi dasar hipotesis penelitian.
Langkah-Langkah Penelitian: Tinjauan Pustaka
4/
5
Oleh
Admin